Prixa.ai - 27 April 2022
Ditulis oleh Zalfa Imani Trijatna

Prixa, Jakarta - Setiap lingkungan kerja memiliki beragam jenis pekerja dengan perilaku budaya kerja yang berbeda-beda. Sebagian pekerja mungkin mengadopsi budaya kerja hustle culture saat yang lain merasa bahagia dan cukup di zona nyaman mereka. Di antara dua tipe pekerja ini, kira-kira kamu yang mana?
Fenomena hustle culture bukan lagi menjadi istilah asing di telinga kita. Bahkan, semakin banyak orang yakin bahwa mereka terjebak di lingkungan yang membuat mereka mengikuti budaya kerja hustle culture ini. Dilansir dari The Finery Report, hustle culture atau budaya hiruk pikuk dapat dipahami sebagai lingkungan kerja serba cepat yang membuat pekerja memiliki jam kerja yang panjang dan rasa gelisah untuk berjuang mencapai beragam jenis tujuan. Mereka meyakini kalau kesuksesan dan harga diri akan meningkat ketika mereka bekerja sebanyak-banyaknya. Akibatnya, bekerja menjadi prioritas utama hidup mereka dan mereka tidak memiliki waktu untuk menikmati kehidupan di luar pekerjaan.
Di sisi lain, orang-orang yang berada di zona nyaman mereka akan memiliki keadaan pikiran yang meyakini bahwa mereka memiliki kendali atas lingkungan pekerjaan mereka Mereka cenderung mengalami tingkat kecemasan dan stres yang rendah jika dibandingkan dengan pekerja yang menjalankan hustle culture karena kecemasan dan stres pada pekerja yang berada di zona nyaman mereka biasanya lebih mudah untuk dikelola.
Tanda-tanda hustle culture dan zona nyaman
Perbedaan tingkat kecemasan dan stres bukanlah satu-satunya tanda yang membedakan hustle culture dan zona nyaman. Faktanya, dua hal ini memiliki perbedaan yang cukup jelas. Yuk simak tanda-tanda hustle culture dan zona nyaman pada lingkungan kerja di bawah ini.
Tanda-tanda hustle culture
Orang-orang yang menerapkan budaya hustle culture, atau yang biasa disebut hustler, biasanya akan melakukan hal-hal berikut.
Merasa berkewajiban untuk mengatakan “ya”
Para hustler biasanya memiliki tekanan untuk selalu membuat orang lain terkesan dengan perilaku kerjanya. Akibatnya, mereka akan sulit untuk menolak melakukan pekerjaan tertentu saat mereka sudah memiliki pekerjaan yang banyak. Mereka biasanya akan terus mengatakan “ya” untuk mengambil semua tugas. Tidak hanya itu, mereka mungkin akan menghadiri semua pertemuan yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk peran mereka. Hal ini dapat bertujuan untuk mendapat pujian atau validasi dari orang lain, serta menghindari konflik.
Mendorong diri melampaui batas
Hustler biasanya memiliki target yang tinggi dalam berkarier. Untuk mencapai target yang telah mereka tetapkan, mereka akan mendorong diri mereka untuk melakukan apapun itu. Hal ini dapat berbentuk menambah beban kerja atau jam kerja yang melampaui batas kemampuan mereka, baik secara fisik maupun mental. Stres atau burnout adalah salah satu dampak dari perilaku yang sering ditemukan di hustle culture ini.
Tidak memiliki waktu untuk kehidupan di luar pekerjaan
Biasanya orang-orang yang berada di lingkungan hustle culture akan memprioritaskan pekerjaan mereka di manapun dan kapanpun itu. Akibatnya, mereka tidak memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan. Mereka cenderung tetap mengangkat telepon dan membalas emails yang berhubungan dengan pekerjaan di luar jam kerja. Tidak hanya itu, para hustler juga terkadang merasa tidak nyaman untuk mengambil cuti atau bahkan jam istirahat secara penuh. Kondisi ini berpotensi mengganggu kesehatan fisik dan mental mereka, bahkan bisa mengganggu hubungan dengan orang-orang terdekatnya.
Tanda-tanda zona nyaman di pekerjaan
Dilansir dari Camille Styles, para pekerja yang berada pada zona nyaman mereka mungkin akan melakukan atau merasakan hal-hal di bawah ini.
Merasa semuanya terlihat mudah
Memiliki satu pekerjaan dengan waktu yang lama akan membantu kita untuk mengenali seluk beluk peran kita. Tidak hanya itu, kita mungkin juga akan mengetahui kebiasaan dan kekuataan setiap orang di tim kita. Ketika telah mengenali dan mempelajari semua hal terkait pekerjaan, semuanya tentu akan terasa mudah.
Meski terdengar ideal, seseorang yang terlalu nyaman di tempat kerja memiliki kemungkinan untuk terperangkap di dalam situasi yang membuat mereka sulit berkembang. Mereka biasanya jarang menghadapi tantangan dan tanggung jawab baru dalam pekerjaan.
Sering melakukan pekerjaan yang minimal
Setiap orang mungkin memiliki hari saat mereka melakukan pekerjaan yang minimal. Akan tetapi, orang-orang yang berada di zona nyaman mereka akan lebih sering melakukannya. Hal ini berhubungan dengan tujuan dalam karir yang belum ada atau belum jelas, sehingga mereka tidak memiliki motivasi untuk memberikan kontribusi penting atau terobosan baru di tempat kerja mereka.
Merasa takut akan perubahan
Orang-orang yang berada di zona nyaman mereka sudah merasa terlalu bahagia dan nyaman dengan peran dan posisi mereka di pekerjaan. Akibatnya, ketika perubahan mungkin terjadi, mereka akan merasa cemas karena mungkin saja kenyamanan mereka terancam.
Rasa takut akan perubahan juga merupakan salah satu penyebab orang-orang yang berada di zona nyaman mereka keberatan untuk mencoba sesuatu yang baru, seperti tanggung jawab dan peran yang baru.
Ditinjau oleh Psikolog Klinis Prixa, Yulius Steven
Jika kamu mengalami permasalahan di lingkungan kerja yang berdampak pada kesehatanmu, baik fisik maupun mental, jangan ragu untuk konsultasikan dengan dokter atau psikolog klinik Prixa hanya dengan menggunakan fitur telekonsultasi dengan klik tombol di bawah ini. Yuk tunggu apa lagi?
Referensi:
The Finery Report. Diakses pada 2022. Hustle culture and the burnout generation
Christiana Acha. Diakses pada 2022. 5 Signs you’re stuck in the comfort zone!!
Camille Styles. Diakses pada 2022. 5 Signs You’re Stuck in Your Comfort Zone At Work